Sabtu, 03 April 2010

Angan² Melakukan Reformasi Islam

Gara² terorisme Islam, banyak orang jadi ingin tahu tentang Islam dan Islam pun jadi sorotan pengamatan mereka. Masyarakat Barat mulai bertanya-tanya dimanakah para Muslim moderat? Well, sebenarnya kagak ada Muslim moderat. Konsep pemikiran seperti itu sungguh salah. Masyarakat Muslim melihat masalah Islam dengan sudut pandang berbeda. Bagi mereka yang ada hanyalah Muslim kaffah atau Muslim KTP. Golongan Muslim KTP inilah yang biasanya dijuluki pihak Barat sebagai Muslim moderat. Bagi Muslim kafah, golongan ini lebih tepat dijuluki sebagai golongan Muslim munafik. Tidak heran pula jika banyak ‘Muslim moderat’ yang mengaku sebagai orang² munafik dengan menyatakan bahwa mereka bukanlah Muslim teladan. Tapi di dalam benak mereka, mereka pun bercita-cita untuk jadi Muslim kaffah setelah mereka puas melakukan banyak ‘dosa’ dan menikmati kesenangan duniawi.

Islam itu benar² agama yang jahat. Masalah dengan Islam terdapat di dalam kitab sucinya, dan bukan hanya pada umatnya saja. Dengan memanfaatkan ketidaktahuan banyak kafir, sejumlah Muslim muncul dengan gagasan untuk melakukan “reformasi Islam” (perubahan dalam Islam). Beberapa Muslim “perubah” (reformer) ini ternyata didukung oleh sejumlah masyarakat Barat yang tak tahu apa² tentang Islam, karena mereka berharap gagasan ini akan mengatasi masalah terorisme Islam. Padahal kenyataannya kebanyakan umat Muslim tidak terlalu peduli akan reformasi Islam ini.

Di artikel ini aku akan membahas apakah Islam bisa dirubah atau tidak.

Mari perhatikan etimologi (asal-usul kata) dan arti kata re-form (pembentukan kembali atau perubahan). Reform berasal dari kata latin refōrmāre, yang berarti mengganti, mendapatkan kembali, memperbaharui. Semuanya menjelaskan usaha merubah atau mengembalikan kembali sesuatu untuk kembali bentuk aslinya.

Sebelum membahas reformasi dalam Islam, mari telaah reformasi dalam Kristen.


Reformasi Kristen

Reformasi Kristen mulai sebagai usaha untuk mengubah kembali gereja Katolik, dan bukannya agama Kristen. Banyak umat Kristen yang merasa tidak senang terhadap badan Gereja dan praktek² yang diterapkannya, seperti penjualan surat pengampunan dosa dan simoni (jual beli kedudukan dalam gereja). Mereka menganggap hal ini sebagai doktrin yang salah dan penyimpangan dalam Gereja.

Martin Luther, Ulrich Zwingli, John Calvin dan para reformis lainnya melakukan protes terhadap praktek² ini dan juga kepercayaan yang dianut Gereja seperti Purgatori, keimanan pada Bunda Maria, perantara dan berbakti pada orang² suci, sebagian besar aturan sakramen, larangan untuk menikah bagi para pemimpin jemaat (termasuk monastisism), dan kekuasaan sang Paus.

Tiada satu pun dari hal tersebut yang merupakan doktrin Kristen. Semua hal tersebut merupakan praktek² Gereja. Para reformis memprotes Gereja. Mereka tidak menyangkal keberadaan Alkitab. Mereka meminta agar Alkitab bisa dibaca langsung secara harafiah. Mereka menolak tafsir simbolis ayat² kitab suci dan penerapan aturan² Perjanjian Lama dan Baru sebagai aturan hukum. Kata² dalam Alkitab bermakna sebagaimana adanya; semua kesulitan, kontradiksi, atau arti yang tidak jelas merupakan kesalahan pembaca saja dan bukan kesalahan isi kitab suci.

Semua hal yang tidak tercantum secara tegas dan harafiah dalam Alkitab akan ditolak, dan segala hal yang tercantum secara tegas dan harafiah dalam Alkitab akan ditaati sepenuhnya.

Begitulah intisari Reformasi Protestan.


Reformasi Islam

Reformasi serupa juga terjadi dalam Islam, dan namanya adalah Salafisme.

Banyak kaum Barat yang sangat yakin bahwa Muhammad ibn Abdul Wahhab (1703-1792) merupakan pendiri sekte Islam ekstrimis. Hal ini tidak benar. Abdul Wahhad tidak mendirikan sekte baru. Yang dilakukannya hanyalah mereformasi Islam, sama seperti yang dilakukan Luther terhadap Kristen.

Intisari pemikiran Abdul Wahhab adalah Islam adalah agama sempurna dan lengkap di jaman Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Kemerosotan Islam merupakan hasil dari penyimpangan (bid’ah) dan kebangkitan kembali Islam akan terjadi melalui perjuangan tiga generasi Islam pertama dan penghapusan pengaruh² asing dalam Islam.

Pengertian bahwa Islam sempurna di generasi² pertama tercantum di Qur’an 5:3 yang artinya :

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Di hadis Sahih Muslim, nomer 2450,
Muhammad menyatakan:
Aku adalah Salaf terbaik bagimu.

Abdul Wahhab mengajak umat Muslim untuk menolak segala penemuan baru dan hanya mengikuti contoh² yang salaf (pendahulu atau generasi² pertama), sehingga gerakan baru ini dikenal sebagai gerakan Salafi.
Salafi: سلفي, mencontoh pada Muslim generasi pertama di jaman awal Islam sebagai contoh untuk diteladani.
Gerakan ini bukanlah ciptaan Abdul Wahhab tapi merupakan gerakan berdasarkan hadis yang mengatakan Muhammad berkata:

Masyarakat generasiku merupakan orang² terbaik, setelah itu mereka yang muncul selanjutnya, dan mereka yang muncul kemudian (yakni tiga generasi pertama Muslim).
(Hadis Bukhari 3:48:819 dan 820, dan Hadis Muslim 31:6150 and 6151] (Tabi‘in dan Taba‘ at-Tabi‘in,).

Untuk membantah anggapan kaum Barat bahwa Abdul Wahhab adalah penemu Salafi, penting disebutkan bahwa ibn Taymiyyah (1263-1328) juga seorang Salafi. Ibn Taymiyyah menolak perayaan hari lahir Muhammad dan pembangunan kuburan keramat bagi orang² suci Sufi, dengan mengatakan: “Banyak dari mereka (Muslim) yang bahkan tidak tahu bahwa kebiasaan ini awalnya dilakukan umat Kristen (Katolik). Terkutuklah Kristen dan umatnya.”

Penggunaan awal istilah Salaf muncul di buku Al-Ansab oleh Abu Sa’d Abd al-Karim al-Sama’ni, yang mati di tahun 1166 (562H). Dalam menjelaskan istilah al-Salafi, dia menyatakan, “Hal ini berhubungan dengan sala, atau para pendahulu, dan adaptasi pemikiran ajaran mereka berdasarkan apa yang telah kudengar.” Dia lalu memberi contoh² para ahli ulama yang mengamati hubungan ini.

Keinginan untuk mereformasi Islam dan mengembalikannya pada bentuk awal sebenarnya merupakan cita² lama. Akan tetapi, Abdul Wahhab berhasil mewujudkan bentuk konsep pemikiran ini, karena jasa raja² Saudi yang merupakan keturunan²nya melalui salah satu putrinya.

0 komentar: