Rabu, 19 Januari 2011

Dunia Renungan


Beramal saleh tak selalu akan membuat kita kelihatan saleh, jika kesalehan itu dilandasi oleh cara yang salah, niat yang salah. Tentu kita tak pula tahu sepenuhnya apakah cara kita susah benar atau malah sebaliknya. tetapi yang jelas satu landasan dalam amal saleh, ikhlas. tak ada niat lain yang melandasi selain niat yang satu ini. tak mengharapkan pujian ataupun imbalan, tak pula mengharapkan terima kasih, ataupun minta sebuah lantunan doa dari orang lain. hanya satu, ikhlas, karena itu adalah kewajiban kita, sebgai hamba Allah, karena demikianlah tuntutan Allah ke kita.
Suatu waktu ada seorang suci yang sangat memerlukan uang untuk kepentingan agama dalam suatu pertemuan ia menganjurkan para hadirin untuk infaq fi sabilillah demi terlaksananya maksud tersebut. Salah seorang hamba Allah yang hadir tergerak hatinya dan serta merta menyerahkan uang tunai sebesar 10.000 rupee.
Orang suci itu mengucapkan syukur dan mengumumkan pemberian hamba Allah sambil mengharapkan ganjaran yang besar dari Allah taala. Mendengar penuturan orang suci tersebut dihapan hadirin atas sumbangannya, hamba Allah tersebut meninggalkan majelis dan tak lama kemudian kembali lagi sambil berkata: “Oh..tuan, mafkanlah, karena saya telah membuat kekeliruan. Uang yang saya sumbangkan tadi adalah uang ibuku. Maka saya mohon supaya uang tersebut dikembalikan kepadaku”
Tanpa pikir panjang, orang suci tersebut mengembalikan uang itu. Tetapi para hadirin ribut dan memberikan reaksi dengan mencaci maki serta mengejek hamba Allah yang minta uangnya kembali. Dikatakan bahwa ia adalah orang yang tidak punya pendirian. Ketika mendengar nasehat, semangatnya meluap menyerahkan uangnya, namun ketika uangnya telah berpisah darinya maka keserakahan akan harta benda memaksanya untuk meminta kembali uangnya dengan mengemukakan macam-macam alasan. Tetapi hamba Allah tersebut terus meningalkan majelis sambil membawa uang tersebut dan orang-orang terus mencacinya.


Ditengah keheningan malam, pintu rumah orang suci tersebut diketuk oleh seseorang. Tamu ditengah malam itu tak lain adalah hamba Allah tadi. Ia datang untuk menyerahkan kembali uangnya yang 10.000 rupee, sambil berkata: ”Tuan! Tadi saya terpaksa tidak memberikan uang ini, karena tuan menyebutkan kebaikan saya. Dan demi Allah, sampai mati janganlah tuan menyebutkannya kepada seorangpun”.
Mendengar ini, tiba-tiba orang suci itu menangis tersedu-sedu. Hamba Allah heran dan bertanya:”Kenapa tuan menangis?” Ia menjawab:”Saya menangis karena tuan telah menyembunyikan kebaikan tuan, sedangkan selama orang-orang itu masih hidup mereka akan terus mencela tuan.”

0 komentar: